Pengertian Working Capital to Total Assets Ratio

By: Johan Supriyanto, S.Kom. - Februari 03, 2016

Pengertian working capital to total assets ratio - Kali ini kami akan membahas rasio likuiditas tentang working capital to total assets ratio (WTCA).Kalau dalam bahasa Indonesia working capital to total assets ratio artinya yaitu rasio modal kerja terhadap total aset. Nah seperti apa sih penjelasan tentang arti working capital to total assets ratio, nah bagi kamu yang belum tahu bisa menyimak penjelasannya di sini. Selain kami jelaskan tentang definisi working capital to total assets ratio, di sini juga kami jelaskan tentang analisis working capital to total assets ratio, rumus working capital to total assets ratio dan juga contoh working capital to total assets ratio. Oke langsung saja berikut ini pembahasannya.

Pengertian Working Capital to Total Assets Ratio

Pengertian Working Capital to Total Assets Ratio

Sebelumnya kami jelaskan terlebih dahulu tentang apa itu working capital. Working capital adalah modal kerja bersih, yakni sebagian dari aset lancar yang real yang bisa digunakan untuk membiayai operasional perusahaan tanpa adanya gangguan likuiditasnya. Dikatakan real karena modal kerja tersebut dihitung dari mengurangi aset atau aktiva lancar dengan utang lancar. Sisa dari pengurangan tersebutlah yang disebut sebagai working capital.

Sedangkan pengertian working capital to total assets ratio adalah penghitungan tentang modal kerja terhadap total aktiva yang dimiliki perusahaan. Perhitungan ini digunakan untuk mengukur likuiditas dari total dan posisi modal kerja neto. Rumusnya adalah sebagai berikut.

Analisis Working Capital to Total Assets Ratio

Agar dapat mengetahui bagaimana cara untuk meningkatkan working capital to total assets ratio, maka perlu diketahui terlebih dahulu dari mana saja sumber-sumber modal kerjanya. Jika sudah mengetahui sumbernya, maka baru dapat memutuskan pos-pos mana yang harus dimaksimalkan untuk dapat menaikkan nilai rasio ini. Berikut ini adalah sumber-sumbernya.

  • Dari penjualan atau pendapatan bersih dari hasil operasi.
  • Penjualan obligasi.
  • Keuntungan dari investasi jangka pendek yang berupa penjualan surat-surat berharga.
  • Bagi perusahaan terbuka, diantaranya yaitu melakukan right issues (menjual saham baru) untuk mendapatkan modal tambahan.
  • Melakukan penjualan aktiva tetap yang penggunaannya dianggap tidak maksimal maupun yang masih layak tetapi diinginkan peningkatan kualifikasi dan gradenya.
  • Dana hibah dari pribadi maupun suatu lembaga. Seperti pemerintah yang mempunyai kepentingan pada keberhasilan suatu perusahaan.

Selain hal itu, mengurangi utang jangka pendek yang pemanfaatannya tidak efektif juga dapat menjadi solusi yang baik untuk meningkatkan porsi modal kerja. Jika sudah tahu apa saja sumber modal kerjanya, maka selanjutnya untuk meningkatkannya, pihak manajemen harus dapat melakukan analisis mendalam untuk menentukan mana saja yang peningkatannya perlu diusahakan.

Sebagai contoh, apabila mau meningkatkan pendapatan bersih, maka pihak manajemen perlu mengevaluasi kembali strategi marketing yang dilakukan supaya penjualan yang dilakukan dapat lebih maksimal. Selain itu, mengoptimalkan kualitas produk juga dapat menjadi solusi. Hal tersebut dapat dengan memberikan keunggulan atau fitur tambahan supaya pelanggan bisa lebih tertarik, atau bisa menurunkan harga produknya dari usaha dari usaha mengurangi pemakaian bahan baku yang kurang efisien, tetapi kualitas tetap diperhatikan.

Apabila seluruh masalah-masalah dapat dipahami dengan baik, maka tentunya perusahaan dapat meningkatkan working capitalnya dari waktu ke waktu tanpa menimbulkan efek rasio bisnis yang lain.

Rumus Working Capital to Total Assets Ratio

Rumus Working Capital to Total Assets Ratio adalah sebagai berikut ini:

Working Capital to Assets Ratio = Working Capital / Total Asset

Working Capital to Assets Ratio = Modal Kerja : Jumlah Aktiva

Working Capital to Assets Ratio = (Aktiva lancar - Utang lancar) : Jumlah Aktiva

Contoh Working Capital to Total Assets Ratio

Untuk lebih memahami tentang penjelasan di atas, maka di sini kami berikan contoh soal working capital to total assets ratio:

Diketahui laporan keuangan kuartal/ triwulan I 2018 pada tanggal 16 April 2018, ADHI merilis laporan keuangan yang terbarunya , dan disebutkan aset atau aktiva lancar ADHI sebesar Rp. 23.660.083.311.895. Sedangkan total asetnya yaitu sebesar Rp. 27.254.456.843.620. Adapun utang jangka pendeknya atau liabilitasnya yaitu sebesar Rp. 16.780.918.891.266. Yang menjadi pertanyaan yaitu berapa nilai Rasio Working Capital to Total Assets ADHI per kuartal I tahun 2018?

Jawab:

Working Capital to Assets Ratio = (Aktiva lancar - Utang lancar) : Jumlah aktiva

= (Rp. 23.660.083.311.895 - Rp 16.780.918.891.266) / Rp. 27.254.456.843.620

= Rp. 6.879.164.420.629 / Rp. 27.254.456.834.620

= 0.25 kali atau 25, 24%

Jadi, modal kerja ADHI terhadap total aset yang dimiliki hanya 25% lebih saja atau setiap 1 rupiah aset yang dimiliki oleh ADHI didalamnya terdapat 0,25 modal kerja.

Kemudian, bagaimanakah cara menilai Working Capital to Asset Ratio yang dianggap baik? Menurut Lakshan dari Universias kelaniya Sri Lanka, standar ukuran yang baik untuk Working Capital to Asset Ratio adalah 16% hingga 21%. Sedangkan untuk 21% hingga 40% di atas standar hanya masih dapat ditoleransi. Jika lebih dari 40% maka angka rasio tersebut dinilai terlalu berlebih dan dapat berdampak kurang baik pada kinerja perusahaan di periode berikutnya.

Itulah penjalasan dari saya tentang apa pengertian working capital to total assets ratio. Semoga apa yang kami tuliskan dalam blog temukan pengertian ini dapat memberikan manfaat.

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *